Cerpen

Disapa Si Putih – Kisah Nyata

Ini merupakan pengalaman pribadi yang mungkin tidak akan pernah terlupakan. Saking jelasnya kisah beberapa tahun lalu itu akhirnya dapat aku tuangkan dalam tulisan ini.

Cerita ini bermula dari salah satu keluarga kami yang mempunyai hajat dan mengundang seluruh keluarga besar untuk hadir dalam acara tersebut. Panggil saja Pak Dhe, kerabat kami yang tinggal di daerah Jember, Jawa Timur mengundang kami untuk turut mendoakan almarhum Bu Dhe yang saat itu sudah 1000 harinya. Seluruh keluarga hadir dari berbagai kota, termasuk aku pun berangkat dengan dua mobil dari Sidoarjo. Usiaku kala itu masih sekitar 20 tahunan, dimana gejolak anak muda masih menggelora.

Kami semua tiba di rumah Pak Dhe satu hari sebelum acara kirim doa 1000 harinya Bu dhe dilaksanakan. Hal tersebut dimaksudkan agar kami dapat turut membantu menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan untuk esok hari. Dikarenakan seluruh keluarga besar berkumpul, maka rumah Pak Dhe pun penuh sesak. Alhasil aku pun kehabisan tempat untuk merebahkan tubuh yang sedikit lelah karena perjalanan panjang ini. Sebagai remaja aku pun mengalah untuk tidur di dalam mobil serambi menjaga beberapa mobil yang sudah berjajar rapi di samping rumah Pak Dhe dari tangan-tangan jail.

Waktu itu terlihat di jam tanganku sudah menunjukkan pukul 11 malam. Aku pun mengatakan pada bapak bahwa aku akan tidur di mobil seraya mengajaknya pula untuk turut istirahat bersama. Namun bapak waktu itu masih bernostalgia dengan Pak Dhe di teras rumah sambil menikmati secangkir kopi mengiringi obrolan mereka. Dengan terpaksa akupun menuju mobil sendirian karena tubuh sudah sangat lelah. Namun aku sempat berpesan kepada Bapak bahwa aku tidur di kursi tengah dan bapak di kursi depan.

Sengaja aku pilih kursi tengah karena bisa disandarkan 180 derajat dan ruang di kaki pun sedikit lebar. Tanpa memikirkan yang lain karena sudah terlalu lelah, aku pun merebahkan tubuhku. Aku tidur dengan lelapnya karena saking lelahnya. Teringat jelas kala itu jam menunjukkan pukul 11:45. Sekejap saja aku sudah masuk ke alam mimpi.

Sedang enaknya tidur tiba-tiba aku dikejutkan oleh Bapak yang tengah membuka pintu mobil. Seraya heran Bapak bergumam, “katanya di belakang kok malah di depan?”. Ya, posisiku waktu itu sudah berpindah di kursi depan sebelah supir. Karena kondisi sangat lelah aku pun mengabaikan hal itu. Namun sebelum aku kembali tidur, sempat terlihat dari jarak sekitar 20 meteran tepat di depanku ada sosok perempuan berbaju putih, berambut panjang, sedang menggendong bayi. Perempuan itu lantas melambaikan tangan isyarat memanggilku. Dan itu sangat terlihat jelas. Namun sekali lagi karena saking lelahnya akupun kembali tidur di kursi depan dan mengabaikan apa yang lihat. Sedikitpun tidak ada rasa takut dalam benak.

Adzan Subuh pun terdengar. Aku bangun untuk mandi dan melaksanakan sholat Subuh. Setelah membersihkan diri masing-masing, barulah kami melakukan aktivitas. Ada yang sudah mulai ke dapur, ada yang mau ke pasar membeli bahan-bahan yang diperlukan, dan sebagian lagi ada yang masih menikmati pagi dengan seduhan kopi yang sudah disiapkan. Kebanyakan laki-laki dan para orang tua yang berkumpul di ruang tengah. Kami ngobrol dan membahas kebutuhan-kebutuhan yang belum disiapkan.

Di tengah obrolan para orang tua tersebut, aku pun teringat kejadian malam tadi. Dan aku pun menceritakan perihal apa yang aku alami dan aku lihat tadi malam. Semua mendengarkan dengan seksama termasuk Pak Dhe yang notabene asli penduduk setempat. Setelah selesai bercerita Pak Dhe pun menanyakan ikhwal kebenaran ceritaku. Dan aku katakan betul dan aku masih ingat dengan jelas sekali. Lantas Pak Dhe pun kemudian bercerita bahwa tepat 7 hari yang lalu ada seorang wanita tua yang memiliki seorang bayi dihakimi oleh warga dengan dibakar rumahnya lantaran dituduh sebagai dukun santet. Perempuan itu terbakar hidup-hidup bersama anaknya yang masih bayi.

Seketika itu langsung merinding seluruh bulu kudukku. Padahal semalam tidak ada sedikitpun rasa takut. Mungkin karena lelahnya dan juga tidak ada pikiran apapun karena belum tahu kebenarannya. Anggapannya waktu itu yang melambaikan tangan adalah manusia biasa, makanya sedikit terabaikan. Setelah tahu cerita sebenarnya, seketika itu pula sedikit was-was.

Inilah kisah nyata yang aku alami beberapa tahun lalu. Semoga menjadi hiburan bagi pembaca. Terima kasih suda meluangkan waktunya untuk membaca.

Tinggalkan komentar